Perjuangan otonomi khusus (otsus)
hingga saat ini belum juga mendapat respons resmi dari DPRD Kaltim sebagai
presentasi rakyat. Kendati tim pakar yang menyusun naskah akademik sudah
memaparkan dan menjabarkan hasil kajiannya. Paripurna persetujuan seperti yang
diharapkan tak kunjung dijadwalkan. Para anggota DPRD Kaltim justru berbeda
pendapat dalam memaknai otsus.
EDI Kurniawan mendapatkan giliran
kedua berbicara. Kesempatan pertama adalah Rita Barito, usai menyimak
keseluruhan penjabaran tim pakar naskah akademik otsus dalam rapat konsultasi
Pemprov Kaltim dengan DPRD Kaltim terkait pemaparan naskah akademik oleh tim
pakar Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Mulawarman (Unmul) tentang
tuntutan Otonomi Khusus (Otsus) Kaltim, pekan lalu.
Mengawali tanggapannya, Edi, ketua
Komisi II DPRD Kaltim itu langsung menyentak dengan mengatakan tak setuju
dengan penjabaran tim pakar yang dikoordinatori DR Aji Sofyan Effendi, pakar
ekonomi asal Unmul.
"Saya terus terang masih
belum setuju dengan alasan-alasan yang disampaikan tim pakar. Mulai dari kita
punya kerajaan tua, PDRB, kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) dan sebagainya. Itu
alasan yang sudah biasa dan tidak cukup untuk kita berjuang ke pusat,"
ujar politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.
Sontak tanggapan Edi ini langsung
mendapat teriakan. "Huuu, huuu, huuu..," teriakan hadirin yang tak
setuju dengan Edi.
Mendapat teriakan itu tak
menyurutkan atau menghentikan langkah Edi, dia melanjutkan tanggapannya dan mengatakan,
penjabaran tim pakar sangat lemah dan mudah untuk dipatahkan pemerintah pusat.
Bagaimana tidak, alasan otsusnya klasik dan tidak menjabarkan secara penuh
perbandingan Provinsi Aceh dan Papua yang telah mendapatkan otsus.
"Saya juga melihat dampak
lingkungan yang dipaparkan masih dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) saja. Tidak
ada dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B). Sekali lagi
kita lemah. Tidak apa-apa saya mendapat teriakan, karena kita masih di Kaltim.
Nah bagaimana nanti kita bawa ke pusat kalau seperti ini naskahnya,"
ujarnya lantang.
Dia pun berujar, alasan klasik
dimaksudkan, misalnya keluhan akan angka kemiskinan, infrastruktur yang tidak
memadai, energi dan lain sebagainya. Itu semua sudah pernah menjadi alasan
ketika Kaltim mengajukan Judicial Review (JR) ke Mahkamah Konstitusi (MK), tapi
kenyataannya alasan itu ditolak mentah-mentah.
"Kaltim mau bicara
kemiskinan? Darimananya kita miskin? Angka kemiskinan Kaltim yang hanya 6,38
persen adalah jauh dari data secara nasional. Patut diingat lagi Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) kita jauh berada di atas data nasional. Nah apakah
alasan ini yang mau dibawa ke pusat? Ya mentallah, malah kita lagi-lagi akan
diketawai," ujarnya.
Setali dua uang, sejumlah Fraksi
lainnya di DPRD Kaltim ternyata sependapat dengan pendapat Edi itu. Lihat saja
ungkapan ketua Fraksi Gerindra Sutrisno Toha. Dia mengatakan, sebenarnya sangat
mendukung Otsus itu. Namun jika alasan yang dikemukakan tim pakarnya masih
seperti itu, maka lagi-lagi Kaltim sepertinya akan kalah ketika membawa
tuntutan ini ke pusat.
"Betul itu kata Pak Edi.
Kalau secara prinsip, Gerindra pasti akan mendukung, karena kan jelas
kepentingannya untuk kesejahteraan rakyat. Tapi kalau naskahnya masih seperti
itu yang mudah ditangkal oleh pusat, ya artinya kita belum serius. Kami
Gerindra berharaplah terutama gubernur, ayo seriusi lagi supaya perjuangannya
bisa berhasil," ujarnya.
Tak hanya Sutrisno, ketua Fraksi
Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) Syafruddin pun ketika ditanyakan bentuk
dukungannya, belum mau berkomentar banyak. Dia mengatakan, F-PKB masih perlu
membicarakan di internal.
" Yang jelas pemaparan tim
pakar kemarin sudah cukup buat kami untuk dijadikan bahan dalam kami
membicarakannya secara internal," ujarnya.
Beberapa anggota DPRD Kaltim
sebenarnya ingin berpendapat yang sama dengan Edi ketika rapat konsultasi pekan
lalu. Namun karena atmosfer rapat yang kurang mendukung dan apalagi Edi
mendapat teriakan dan cemoohan, beberapa wakil rakyat itu mengurungkan niatnya.
Sikap senada juga diisyaratkan
Partai Golkar. Padahal jika ditilik jumlah kursi di DPRD Kaltim yang mencapai
sebanyak 13 kursi, harusnya Golkar bisa menjadi komandan dalam menggiring fraksi-fraksi
di DPRD Kaltim mendukung otsus.
Ketua Partai Golkar Kaltim Mukmin
Faisyal mengatakan, DPD Golkar Kaltim dalam waktu dekat ini baru akan menjadwalkan
membicarakan otsus itu secara internal. Menurutnya, karena belum ada suara resmi
partai, barangkali itu juga yang membuat kader-kader di Fraksi Golkar DPRD
Kaltim belum memutuskan bentuk dukungannya.
Meskipun Mukmin mengemukakan,
tanpa dikomando dirinya dan partai, sikap seluruh kader dan dirinya yang masuk
sebagai bagian dari pimpinan perjuangan otsus itu, harusnya F-Golkar sudah menyatakan
mendukung. "Tapi kita lihat nanti,
karena ‘kan ada yang berbeda, itu dinamika dalam sebuah proses, itu wajar dan
biasa saja," ujarnya.
Dengan masih belum jelasnya
bentuk dukungan DPRD Kaltim sebagai representasi rakyat Kaltim, maka
diasumsikan perjuangan Otsus kini berada di ujung tanduk. Sebab kini tuntutan otsus
tinggal menunggu resmi Karang Paci, sebelum dibawa ke Pusat.
Nah soal ini, Ketua DPRD Kaltim
Syahrun HS menyatakan wakil rakyat masih akan mensosialisasikan soal otsus ini kepada
rakyat, agar rakyat tahu apa sih otsus, dan keuntungannya buat Kaltim. Dalam
waktu dekat dijadwalkan 55 anggota DPRD Kaltim akan langsung turun ke masyarakat
untuk menyerap aspirasi. (Muhammad Khaidir)
0 Komentar untuk "Otsus di Ujung Tanduk?"