Bagaimana dengan tokoh yang lain? Terutama tokoh yang bertarung pada pilwali Balikpapan 2011. Apakah masih memiliki “syahwat politik” untuk duduk menjadi wali kota Balikpapan. Berdasarkan data yang dihimpun Gugat, pada pilwali 2011 ada empat pasangan calon yang bertarung. Latar belakangan mereka pun cukup menarik. Ada tiga dokter dan satu mantan wartawan --- yang juga calon petahana --- bertarung memperebutkan posisi Balikpapan-1. Mereka adalah pasangan nomor urut 1 : dr Bambang Edyono dan Fachruddin yang diusung PPP, Hanura, PBR, Partai Merdeka, PKPB, PPRN, PDP, PPIB, PMB, dan Partai Kedaulatan (delapan partai ini tidak lolos verifikasi pada 2013), kemudian pasangan nomor urut 2 : pasangan drg. Syukri Wahid dan Usman yang diusung PKS, PDK serta PIS. Pasangan nomor urut 3 : dr Abdul Hakim-Wahidah yang merupakan pasangan dari jalur independen, dan terakhir pasangan Rizal-Heru yang didukung enam partai besar, yakni Golkar, Demokrat, PDI-P, Gerindra, PBB, PAN, PKB dan PKNU (tidak lolos verifikasi KPU).
Namun pada pilwali tersebut, tiga pasangan calon lainnya
harus puas menerima kekalahan, karena 60 persen suara pemilih warga Balikpapan
diraup oleh pasangan Rizal-Heru, yang berhasil mengumpulkan 129.807 suara.
Sementara pasangan Syukri-Usman hanya mampu mengumpulkan 69.348 suara, pasangan
Hakim-Wahidah sebanyak 11.175 suara, dan pasangan Bambang Edyono-Fahruddin yang
paling sedikit, yakni 8.737 suara.
Ketika ditemui Gugat, ketiga dokter yang sempat
mencalonkan diri sebagai calon wali kota tersebut, enggan terburu-buru
memutuskan. Apakah akan mencalonkan diri kembali, atau tidak dalam pilwali
Balikpapan mendatang.
Seperti dr Abdul Hakim Sp KK. Pria yang berani
mencalonkan diri tanpa ada dukungan partai ini, masih menunggu keputusan yang
pasti mengenai pemilihan umum kepala daerah (pilkada) nanti. Hakim pun enggan
berkomentar banyak mengenai pencalonan dirinya dalam pilwali nanti, karena
belum mengecek informasi terbaru ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Balikpapan.
Pasalnya, dia hanya mengetahui garis besar, pilkada yang muatannya adalah
pilkada langsung. “Teknisnya itu yang masih belum jelas. Apakah satu paket
dengan wakil atau hanya wali kota saja,” terang Hakim kepada Gugat, pekan
lalu.
Hakim pun saat ini, mengaku hanya mengikuti kehendak
Allah SWT, apakah jalan untuk mencalonkan diri kembali dalam pilwali mendatang
terbuka atau tidak baginya. “Saya hidup mengikuti kodrat-iradat
Illahi saja. Kalau besok gimana, semuanya saya serahkan ke Allah SWT.
Ya, insyaallah saja,” kata Hakim. “Orang-orang berpikir kalau
pilwali-nya 2018. Semua tergantung persetujuan. Kalau disetujui Alhamdulillah,
kalau tidak, ya harus bersabar,” sambung ayah empat anak ini.
Baginya, politik itu sangat
fleksibel. Apa yang dikatakan hari ini belum tentu keputusan yang tetap.
“Politik itu tidak bisa fix begini hari ini. Besok bisa begitu, pada last
minute pun bisa berubah. Alhamdulillah Pak Rizal dan Pak Heru kalau
ingin maju lagi. Tapi saya cooling down dulu-lah,” kata Hakim.
Dia pun tidak mempersoalkan, jadi “orang nomor satu”
ataupun “orang nomor dua”. Bagi Hakim, bermanfaat lebih dulu-lah yang menjadi
fokus utamanya, jika memutuskan untuk maju kembali dalam pilwali nanti, Misi
yang dia usung pun tidak berubah. Masih sama dengan pilwali 2011 lalu, yakni
ingin memperbaiki Balikpapan agar menjadi lebih baik lagi. Karena menurutnya
saat ini, perkembangan Balikpapan sudah sangat pesat. Torehan prestasi pun
sudah banyak diukir Balikpapan, salah satunya prediket Kota Terbersih se-Asean.
Namun bagi Hakim itu belum cukup tanpa adanya pembangunan SDM melalui moral
spiritual. “Jangan sampai pembangunan fisik lebih cepat atau meninggalkan
pembangunan moral spiritual. Karena pembangunan moral spiritual ini yang susah
dikendalikan, termasuk di Balikpapan. Kalau ini (moral spiritual) tertinggal,
maka pembangunan kota akan timpang,” papar pria 57 tahun ini.
Hakim juga berkisah sedikit, pasca kegagalannya dalam
pilwali Balikpapan 2011 silam. Dia pun pulang ke tanah kelahirannya yang ada di
Rantau, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalsel untuk kembali “mengundi nasib” menjadi
bupati. Suami dari Wahidah ini mencalonkan diri dalam pemilihan bupati (Pilbup)
yang digelar November 2012. Tanpa bernaung di bawah parpol, Hakim kembali
mendaftarkan diri sebagai calon bupati dari calon independen. Kali ini, dia
menggandeng Rizalul Gadi “putra daerah” Tapin yang berprofesi sebagai dosen di
STIA Bina Banua Banjarmasin. Keduanya berhasil mengumpulkan dukungan dalam
bentuk KTP sebanyak 3.835 lembar.
Pasangan non parpol ini pun, bersaing dengan pasangan M.
Arifin Arfan dan Supian Noor yang didukung koalisi gemuk tujuh partai besar,
yakni Golkar, Gerindra, PKB, PPP, PDI P, Demokrat, dan PKS, serta Fathur Rahman
dan Hamdi BN yang didukung PAN dan PBR. Hakim dan Rizalul pun kembali gagal
merebut posisi Bupati di kampung halamannya, karena kalah telak dari pasangan
Arifin-Supian yang menang telak dengan mengantongi sekitar 75 persen suara.
Namun, Hakim-Rizalul pun merasa puas dengan mengumpulkan 20 persen suara, jauh
mengungguli pasangan Fathur-Hamdi yang hanya mampu meraup suara sekitar 5
persen. “Ya namanya politik, permainan “belakang layar”-nya yang luar biasa.
Tapi ya sudah lumayan “meresahkan” pasangan utama di sana (Tapin). Walaupun tak
dapat dimungkiri banyak permainan di sana (Tapin),” kata Hakim.
Sementara itu, calon wakil kota nomor urut 1, Dr Bambang
Edyono MA, MK3 pun mengaku tidak akan bertarung kembali dalam pilwali
Balikpapan nanti. Hal itu menjadi pilihannya, lantaran sibuk mengelola klinik
Aesculaps Medical Center (AMC) Balikpapan. Klinik kesehatan yang bergerak di
bidang Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) itu terletak di Jalan Indrakila Strat III, Balikpapan Utara.
Selain itu, pria yang baru pensiun sekitar sebulan yang
lalu dari Rumah Sakit Umum Daerah Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan ini,
menyadari faktor usia juga menjadi alasan Bambang enggan untuk mencalonkan diri
kembali. “Usia saya juga tidak memungkinkan lagi, jadi sudah saatnya yang muda
yang tampil. Kalau saya maju lagi, kapan Balikpapan dapat dipimpin oleh yang
muda-muda. Jadi biarkan yang muda-muda untuk maju (dalam Pilwali nanti),” kata
pria yang telah berusia 60 tahun ini.
Yang menjadi keinginan Bambang saat ini adalah mengabdi
kepada masyarakat, melalui klinik prakteknya tersebut. Walaupun dia telah
pensiun dari dokter di RSKD Balikpapan. “Di usia saya yang seperti ini, apalagi
yang saya cari. Kalau bukan untuk membahagiakan orang lain ini,” ucap ayah dua
anak ini.
Bambang pun sempat bercerita perihal pencalonan dirinya
dalam pilwali Balikpapan tahun 2010. Tahun itu, dirinya diminta oleh salah
seorang temannya yang merupakan elit parpol pengusungnya, yakni PPP. Untuk maju
dalam bursa pilwali Balikpapan. Karena tidak ingin mengecewakan, Bambang pun
mengiyakan permintaan tersebut. Berpasangan dengan Fachruddin yang merupakan
anggota legislatif dari Partai Hanura, mereka berdua maju dalam pilwali 2011.
Bambang mengaku, tidak mengeluarkan kocek yang cukup besar kala itu. Karena
sepenuhnya ditanggung oleh partai pengusungnya yang berjumlah 11 partai. Namun
menurut sumber yang enggan namanya disebut, tiga unit mobil milik Bambang
dijual untuk membiayai dirinya dalam pilwali, yakni Honda CR-V, Toyota Kijang
Innova, dan Nissan X-Trail. Ketiganya jika ditotal mencapai lebih dari 800
juta. Dirinya berharap, agar figur-figur muda Balikpapan yang memiliki
kemampuan yang besar dapat maju dalam pilwali Balikpapan. Karena, menurutnya,
jika calonnya, masih dari tokoh yang berusia seperti dirinya, maka pola
kepemimpinannya tidak akan sehebat dengan generasi muda yang akan memimpin
Balikpapan nantinya. “Mudah-mudahan generasi muda yang akan memimpin nanti yang
memiliki kualitas,” harap Bambang.
Lain halnya dengan drg Syukri Wahid. Calon wali kota nomor urut dua yang
berpasangan dengan dr Usman Chusaini ini, rekan separtainya dalam pilwali 2011,
memilih untuk wait and see. Pasangan yang didukung tiga partai
PKS, PDK dan PIS dengan total 8 suara kursi DPRD Balikpapan kala itu, mencoba
lebih bijak dengan melihat situasi politik yang ada lebih dulu, sembari
menunggu keputusan yang pasti terkait dengan pilkada nanti. Sebelum memutuskan
untuk mencalonkan diri kembali atau tidak nantinya.
“Kami wait and see, dulu. Sambil membangun
komunikasi dengan tokoh partai yang lain. Tapi secara pribadi, kalau saya
diamanahi rakyat, maka saya akan maju,” ucapnya kepada Gugat.
Diungkapkan Syukri, sudah ada beberapa parpol yang
menjalin komunikasi dengan pihaknya. Terutama partai yang memiliki kursi di
DPRD Balikpapan. Namun, dia enggan untuk membeber siapa saja tokoh maupun
parpol yang telah menjalin komunikasi dengan pihaknya. “Ini sudah banyak yang
datang ke kami. Banyak yang sudah membangun komunikasi, lebih banyak informal.
Tapi kami menegaskan untuk tetap wait and see saja,” terang politikus
PKS ini. (RIKIP AGUSTANI)
0 Komentar untuk "Diagnosis Pilkada Ala Dokter"