Ballroom Hotel Tiga Mustika menjadi saksi bisu. Lima
tahun lalu, saat kota ini merayakan Hari Jadi ke-113, sebuah konsep mengenai
spirit Kota Balikpapan tercetus. Sang pencetus konsep adalah Imdaad Hamid, Wali
Kota Balikpapan pada saat itu. Rabu, 3 Februari 2010, konsep kota Madinatul
diseminarkan.
Backdrop itu bertuliskan “Strategi dan Kebijakan
Menyongsong Balikpapan Sebagai Kota Madinatul Iman”. Tiga narasumber tampak
duduk membelakangi backdrop. Mereka
adalah adalah Prof. Dr. KH. Said Agil Siraj, MA, Prof. DR. H. Yunahar Ilyas Lc.
M.Ag, dan Ustadz H. Hasan Firdaus. Di ruangan itulah konsep Madinatul Iman
dibedah. Sejumlah tokoh agama dan tokoh masyarakat hadir pada seminar tersebut.
Di hadapan peserta seminar, Imdaad Hamid mendialogkan
konsep kota Madinatul Iman yang dicetuskannya itu. Maklum, saat itu konsep tersebut
sering dipertanyakan. Publik mempertanyakan apakah dengan konsep itu akan
menjadikan Balikpapan sebagai kota agamis, di mana warna keagamaan, corak
religi satu agama (baca Islam) akan mendominasi suasana kota.
Imdaad menjelaskan bahwa Balikpapan Madinatul Iman adalah
Balikpapan yang menjadi City of faith,
kota yang didorong oleh semangat keyakinan, dorongan keimanan untuk menjadi
lebih baik, maju dengan tetap bermartabat.
Menurut Imdaad, konsep Balikpapan Madinatul Iman
merupakan tekad dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Balikpapan yang
Beriman, di tengah Heterogenitas suku dan agama serta kemajuan zaman. Imdaad
menyadari untuk mewujudkan Balikpapan Madinatul Iman tidaklah semudah membalik
telapak tangan. Harus disertai dengan tekad dan kerja keras serta dilaksanakan
secara bertahap dimulai dari diri sendiri, keluarga, hingga lingkungan yang
lebih luas.
Sebagai kota Madinatul Iman, diharapkan agar seluruh
warga Balikpapan memiliki perilaku mulia, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
dan masyarakat. “Jujur, amanah, tertib, disiplin, kerja keras, tepat waktu, dan
bersih adalah diantara sekian ahklaq mulia dalam Islam dan bersifat universal,”
jelas H. Yunahar pada seminar itu.
Menurutnya untuk mengikuti ajaran itu seseorang tidak
harus masuk Islam terlebih dulu. Religiusitas seseorang harus dibuktikan dengan
perilaku dan ahlak yang mulia terutama di ruang publik. Perwakilan tokoh umat
beragama diBalikpapan telah menyepakati
konsep Madinatul Iman sebagai visi kota Balikpapan. Kesepakatan ini dicapai
setelah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Balikpapan menggelar sidang
pleno dengan agenda penyempurnaan konsep Madinatul Iman, pada 4 Oktober 2012 di
Hotel Gran Tiga Mustika.
***
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Balikpapan HM Idris tampak
gundah. Ia mengaku miris melihat fakta bahwa bentuk-bentuk kemaksiatan dapat dilihat secara telanjang di
Kota Balikpapan. Peredaran minuman keras begitu mudah dijumpai di ruang publik.
Jika pembiaran ini terus berlangsung, motto Kota Beriman dan konsep kota
Madinatul Iman tak pantas lagi disandang.
Menurutnya, jika memang pembangunan Balikpapan diarahkan
sebagai kota pariwisata, di mana peredaran miras dan prostitusi dianggap
sebagai faktor penunjangnya, maka secepatnya slogan Beriman dan konsep
Madinatul Iman perlu diganti konteks yang lebih tepat. "Jangan kotori
Beriman dengan kemaksiatan," tegasnya.
Pendapat lebih ekstrem disampaikan Wakil Ketua DPRD
Balikpapan Sabaruddin Panrecale. Ia melihat antara slogan dan konsep kota
Balikpapa dengan misi kota Balikpapan sebagai kota jasa dan pariwisata sangat
kontradiksi. Sehingga menurut dia, benturan keras antara spirit religius dengan
misi kota perlu dievaluasi. Ekstremnya, Politisi Partai Gerindra melontarkan
ide agar peredaran miras dilegalkan. “Jika perlu, untuk mendukung kota jasa dan
pariwisata, Balikpapan perlu membangun kawasan khusus seperti halnya Genting
Island,” ucapnya.
“Sampai kiamat, motto Beriman dan konsep kota Madinatul
Iman tetap relevan”. Begitu penegasan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi.
Adanya penilaian bahwa motto dan konsep kota Madinatul Iman sangat kontradiksi
dengan fakta yang terlihat, Rizal kukuh untuk mempertahankannya. Motto Serambi
Makkah di Provinsi Aceh dijadikan referensi. Menurut Rizal, motto Serambi
Makkah tidak lantas membuat hal-hal di luar ajaran agama tidak terjadi. “Dan
motto Serambi Makkah tidak akan pernah hilang,” tegasnya. AJID KURNIAWAN
0 Komentar untuk "Mereka Bicara Madinatul Iman"