Ibarat kendaraan bermotor yang
kehabisan bensin, begitulah perjuangan otonomi Khusus (Otsus) Kaltim yang kini
terlihat jalan di tempat. Gaung dan semangat yang digelorakan Gubernur Kaltim
Awang Faroek Ishak selama ini tampak meredup seiring berjalannya waktu.
TERIAKAN dan semangat menggelora
Otsus sempat mengguncang Kantor Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu. Malah ketika
itu, kain hitam besar menutup sebagian
kantor di bilangan Jalan Gajah Mada ini saat unsur pemuda berunjukrasa
menyuarakan Otsus.
Tapi kini perjuangan tampaknya
hanya sampai di spanduk-spanduk dan baliho yang terpampang di kantor-kantor
pemerintahan di lingkup Pemprov Kaltim. Selanjutnya tak ada tindaklanjut masif
yang diharapkan, sehingga perjuangan Kaltim mendapatkan Otsus tak bisa ditolak
pemerintah pusat.
Kata-kata nyinyir pun bertebaran
di luaran: wajar jika spanduk dan baliho perjuangan Otsus terpampang di seluruh
kantor SKPD lingkup Pemprov Kaltim, karena instruksi langsung sang gubernur.
Berani tak mengindahkan instruksi, bersiap mendapatkan sanksi setimpal.
Nah, aksi masif itu rupanya belum
menular ke kantor-kantor non-pemerintahan. Nyaris tak satu pun kantor
perusahaan mulai pertambangan batu bara, biro jasa, hotel-hotel, percetakan,
bengkel, asuransi, konter handphone dan lain sebagainya memasang
spanduk-spanduk dan baliho serupa untuk meneriakkan Otsus. Parahnya lagi
kantor-kantor pemerintahan di lingkup
kabupaten dan kota se-Kaltim, seperti Pemkot Samarinda, tak satu pun memajang
spanduk-spanduk dan baliho dimaksudkan.
Kondisi itu diperparah tak adanya
aksi DPRD Kaltim yang diharapkan menjadi motor penggerak atas nama rakyat,
untuk memperjuangkan Otsus. Itu bisa dilihat dari belum terjadwalkan satu pun
paripurna wakil rakyat di Karang Paci mendukung perjuangan dalam menuntut
keadilan dari pemerintah pusat itu.
Di Kantor DPRD di Jl Teuku Umar
Samarinda memang terlihat terpampang baliho ukuran besar tentang Otsus itu.
Namun itu lagi-lagi atas nama Sekretariat DPRD Kaltim.
Soal belum satu suaranya DPRD
mengenai perjuangan Otsus ini, Wakil Ketua Hendry Pailan Tandi Payung
mengemukakan, fraksi-fraksi di DPRD sebenarnya setuju dan mendukung Otsus.
Namun mengapa secara kelembagaan DPRD tak kunjung menggelar paripurna
persetujuan, itu lebih dikarenakan DPRD masih ingin mengkajinya lebih mendalam,
terutama secara akademik.
"Ini lembaga DPRD, atas nama
rakyat jika nanti kita paripurnakan. Nah, daripada kita dipertanyakan rakyat,
asal mendukung dan setuju atas suatu wacana, lebih baik DPRD melakukan kajian
akademis tersebut. Saat ini kajian itu sedang dilakukan para akademisi, dan itu
kita sedang kita tunggu sampai sekarang," kata politikus Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra) Kaltim ini.
Menurutnya, dalam beberapa kali
rapat pimpinan (Rapim) DPRD Kaltim, suara untuk segera memparipurnakan Otsus
itu terus disuarakan. Namun lagi-lagi, Dewan tidak ingin disebut gegabah, harus
banyak pertimbangan yang salah satunya menunggu hasil kajian akademis tersebut.
"Silakan saja tanya
satu-persatu fraksi di DPRD, saya yakin semua akan setuju. Cuma ‘kan
persoalannya tidak bisa asal sebut setuju dan mendukung begitu saja. Harus
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Cukuplah kita punya pengalaman
mengajukan judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK) soal perimbangan
keuangan, dan itu ditolak mentah-mentah oleh MK. Nah Otsus ini harus gol, harus
berhasil," ujarnya.
Setali dua uang, Ketua DPRD
Kaltim Syahrun HS atau biasa dipanggil Haji Alung selalu mengatakan hal sama
ketika ditanyakan sikap DPRD soal Otsus. Alung selalu menyebut kajian akademis
adalah kunci dari segalanya, karena DPRD harus berterus terang, jika bicara
soal Otsus mereka tak memahaminya secara utuh.
"Untuk memahaminya ya harus
orang yang lebih paham yakni kalangan akademisi. Yakin saja hasil dari mereka
akan bisa dipertanggungjawabkan, terutama kepada rakyat. Karena kami duduk di
DPRD dipilih oleh rakyat," kata Alung pada suatu kesempatan.
Soal Otsus yang terkesan jalan di
tempat, Gubernur Awang Faroek menyebut,
memang perjuangan Otsus Kaltim tidak seperti halnya di provinsi lain, yakni
Aceh dan Papua yang harus anarkis dan mengorbankan banyak hal. Kaltim disebutnya berjuang dengan santun
dengan mengedepankan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR).
"Siapa bilang perjuangan
kita meredup. Anda saja mungkin. Gerakan kita tetap masif, seluruh elemen
masyarakat kini terus bergerak dalam kita menuntut Otsus tersebut. Masak
semuanya harus dan selalu kita beberkan dan umumkan ke khalayak. Yang jelas
Otsus tetap bergerak maju karena perjuangan itu adalah untuk kesejahteraan
rakyat," terangnya.
Hanya memang, ditambahkan Awang,
kini semua rakyat Kaltim menunggu DPRD Kaltim menggelar paripurna dukungan dan
persetujuan Otsus itu. Setelahnya Otsus itu kembali akan masif lagi dengan
berbagai gerakan.
"Sekarang ini bolanya di
DPRD. Mereka DPRD paripurna, maka kita akan mudah dan semakin punya ruang
mensosialisasikan kepada masyarakat. Kita hargai lembaga DPRD Kaltim yang
sekarang menunggu hasil kajian akademis itu," ujarnya. (Muhammad Khaidir)
0 Komentar untuk " (Cuma) Lantang Berteriak Di Spanduk"