-->

Menggugat Ketidakadilan

Otsus buat Kaltim, Mungkinkah?



Wacana menjadikan Kaltim sebagai daerah Otonomi Khusus (Otsus) kini terus mengemuka. Dikomandani langsung sang Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak, Otsus seakan kini menjadi harga mati untuk diperjuangkan dan didapatkan. Namun banyak pertanyaan bermunculan, mungkinkah Otsus itu? Karena Kaltim bukan seperti Aceh bukan pula Papua ataupun Jogjakarta yang memiliki alas an historis, sosiologis, hingga geografis untuk diperjuangkan.


MALAM semakin meninggi di ujung Jalan Abul Hasan Samarinda u. Rintik hujan tiada henti mengguyur. Cuaca dingin pun mulai menusuk hingga ke tulang rusuk. Namun perbincangan tentang Otsus di Warung Pojok itu semakin menghangat terutama menyangkut Otsus Kaltim yang kini menjadi "mainan" baru Gubernur Awang Faroek untuk diperjuangkan.

"Buat saya darimana Otsus itu bisa diperjuangkan dan didapatkan Kaltim? Jangan samakanlah seperti di Jogja, Papua ataupun Aceh. Jogja punya sisi historis yang tak bisa dipisahkan dengan Indonesia, Papua dan Aceh sosiologis dan geografisnya memungkinkan untuk Otsus, ditambah lagi gerakan separatis mereka," ucap Lukman. Pria berbadan tambun ini adalah mantan Direktur LSM Kelompok Kerja (Pokja) 30 Kaltim.

Dia menambahkan, jika pun Kaltim mengandalkan historis Kerajaan Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia, maka itu sangat tidak benar.Kutai ketika itu belum berbentuk Negara Kesatuan Indonesia. Dulu Indonesia masih terdiri dari kerajaan-kerajaan.
Kemudian jika tuntutannya adalah agar kucuran dana pusat lebih besar, anggaran yang digelontorkan selama ini saja kerap menghasilkan Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa) yang besar atau tak tergunakan.

"Tahun 2013 saja, kalau tidak Silpa APBD Kaltim mencapai Rp 2,5 triliun. Nah kalau memintanya mendapat porsi anggaran berlebih dari sekarang, yang dikasih sekarang saja tidak bisa dimaksimalkan. Dari sini lagi, jatuh perjuangannya," ujarnya.

Rusdiono turut menimpali. Aktivis gerakan salah satu organisasi kemahasiswaan ini menyebutkan Kaltim jika memang ingin mendapatkan Otsus seperti halnya Papua dan Aceh, maka harus berdarah-darah dalam artian harus ada rakyat yang dikorbankan.

"Lah ini memperjuangkan Otsus secara santun. Aceh sama Papua saja berdarah-darahnya memakan waktu yang lama baru Pusat menyetujuinya. Jadi darimana Otsus kita bisa dapatkan," ujarnya lagi.

Dimas, salah satu jurnalis di Samarinda pun angkat bicara. Barang berupa Otsus itu sendiri faktanya saat ini masih diketahui para elite saja. Nyaris tak ada masyarakat menengah ke bawah tahu apa sebenarnya Otsus, dan apa sebenarnya yang dituntut.

"Ibu warung ini saja tidak tahu apa itu Otsus, silakan tanya," ujar Rusdiono dan langsung menanyakannya ke pemilik warung. "Opo Iku (apa itu, bahasa Jawa) Otsus. Ususkah maksudnya," jawab pemilik warung yang kerap dipangil Bulek tersebut. Jawaban Bulek membuat para mereka yang berdiskusi di Warung Pojok itu tertawa.

"Kalau caranya masih seperti sekarang ini, maka ousat akan sangat mudah menjawab ketika diajukan otsus itu, bahwa Kaltim adalah bagian dari NKRI. Artinya sumber daya alam yang berlimpah itu adalah milik negara, tidak bisa didominasi Kaltim kendati sebagai daerah penghasil," ujar Syaparuddin.

Syaparuddin adalah mantan anggota Komisi I DPRD Kaltim. Secara tidak langsung, Syapar - sapaan akrabnya - memang mengikuti proses tuntutan Judicial Review (JR) UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan ke Daerah yang gagal atau ditolak mentah-mentah oleh Mahakamah Konstitusi (MK).

"Waktu itu jawaban pemerintah ya Kaltim adalah Indonesia. Artinya hasil SDA-nya juga milik Indonesia secara utuh dalam hal ini semua provinsi dan kabupaten serta Kota se-Indonesia. Kecuali kalau memang ingin mendapatkan lebih dari SDA itu, adalah memisahkan diri," ujarnya.

Perbincangan itu jika dikonfrontasikan dengan Gubernur Awang Faroek Ishak memang jauh berbeda. Secara tegas, orang nomor satu di Kaltim itu sangat optimistis, Otsus itu akan membuahkan hasil. Acara Sidang Paripurna Istimewa Peringatan HUT Provinsi Kaltim ke-58, Kamis (9/1) lalu pun dimanfaatkan Awang Faroek untuk menyampaikan perjuangan Otsus tersebut. 

Bahkan Awang sempat terisak ketika menyampaikan bagaimana kondisi ketidakadilan yang didapatkan Kaltim oleh pusat. Padahal kaltim adalah salah satu daerah penghasil yang memberikan kontribusi besar kepada negara terutama pada sektor minyak dan gas.

"Saya minta maaf sampai terisak, karena saya terbawa emosional ketika melihat dan merasakan ketidakadilan yang diderita Kaltim. Makanya jalannya yang kita perjuangkan adalah Otsus itu," kata Awang sambil mengusap linangan air matanya dengan kertas tisu.

Mendengar orang nomor di Kaltim itu terisak, lantas para undangan menyambutnya dengan teriakan "merdeka" dan tepuk tangan meriah. 

Tak cukup menyampaikan alasan-alasannya mengapa Kaltim harus berpredikat Otsus, Awang Faroek Ishak pun menyatakan siap hadir dan memimpin langsung perjuangan Otsus itu ketika nantinya DPR-RI bersidang di Senayan Jakarta. Dia pun mewanti-wanti, perjuangan Otsus itu tak ada organisasi apapun, tapi langsung dipimpin oleh gubernur.

"Saya yang akan hadir langsung, dan nanti kita akan ajak ribuan rakyat Kaltim hadir dalam sidang paripurna DPR-RI itu. Tapi kita tidak akan anarkis, kita hadir, duduk dan diam saja, saya nanti yang pimpin. Ini agar kita terlihat serius tapi konstitutional dalam menuntut Otsus tersebut," kata Awang.

Pada kesempatan itu Awang juga meminta kepada seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kalangan manapun untuk mendukung perjuangan Otsus dimaksudkan. Sebab menurutnya, kini jawaban dari ketidakadilan yang diterima Kaltim selama ini adalah Otsus tersebut. (Muhammad Khaidir)


0 Komentar untuk "Otsus buat Kaltim, Mungkinkah?"

Back To Top