-->

Menggugat Ketidakadilan

Menunggu Kawan dari Dolly


Riuh penutupan lokalisasi Dolly di Kota Surabaya tak seriuh tetap beroperasinya lokalisasi Lembah Harapan Baru Km 17 Balikpapan. Padahal, penutupan kawasan zona merah oleh Pemerintah Kota Balikpapan sudah berlangsung selama setahun. Ke mana para penegak aturan?

WIBAWA pemerintah kota Balikpapan benar-benar dilecehkan. Kebijakan penutupan lokalisasi Km 17, Karang Joang, yang sudah berjalan 1 tahun tak berharga sama sekali. Karena faktanya, praktik syahwat di lokasi esek-esek itu masih berjalan mulus. Tidak ada yang berubah sedikit pun. Cukup bayar karcis masuk Rp 5.000, siapa pun bebas melenggang dari wisma ke wisma. Papan pengumuman yang berisi larangan kegiatan prostitusi, baik langsung maupun tak langsung, hanya menjadi pajangan.

Hasil penelurusan Gugat yang kesekian kalinya, aktivitas di lokalisasi yang memiliki 760 kamar itu tetap normal. Meri (23), pekerja seks komersial asal Madiun, Jawa Timur,  bahkan mengaku bisa melayani 7 laki-laki hidung belang dalam semalam. Kalau ingin servis singkat tarifnya cukup Rp 250 ribu, tapi kalau mau nginap harus bayar ekstra sebesar Rp 700 ribu plus sewa kamar Rp 50 ribu.

Meri cukup terbuka saat memberikan informasi. Perempuan berparas ayu dengan rambut sebahu itu membocorkan kalau saat Ramadan nanti tetap bekerja, mau siang, apalagi malam. Dia siap memberi "kehangatan" setiap laki-laki yang datang. Tidak takut dirazia petugas? "Ngapain takut. Di sini aman kok. Lagi pula memang tidak pernah ada razia," kata anak terakhir dari 6 bersaudara yang baru 5 bulan "berkarir" di lokalisasi Km 17.

Informasi lain terungkap dari petugas keamanan, sekaligus penjaga parkir. Diceritakan petugas yang tak mau namanya disebutkan itu, setiap malam ada seratusan tamu yang datang. Itu dibuktikan dari banyaknya motor dan mobil yang terparkir. Seperti malam itu, lebih seratus motor yang berderet dan 10 mobil di area parkir.

Memang tidak seluruhnya tamu wisma. Ada juga yang sekedar datang atau mengantar teman. Bahkan ada juga yang hanya untuk main judi. Ya, di lokalisasi Km 17 bukan hanya terkenal sebagai tempat esek-esek, tapi juga wadah menjamurnya permainan judi tradisional seperti judi dadu dan judi kartu.

Di lokalisasi Km 17 ternyata juga memiliki kekhususan. Misalnya wisma yang penghuninya hanya diisi PSK dari daerah tertentu, seperti Manado dan Bandung. Selain itu PSK-PSK yang usianya masih belasan dengan paras di atas rata-rata, memiliki wisma terpisah. "Langganan mereka kebanyakan pekerja tambang yang banyak uang. Biasanya habis kencan di dalam, masih lanjut ke luar. Perempuannya dapat lebih, germonya juga dapat tambahan. Sudah  biasa itu," beber si tukang parkir.

Tamu yang berkunjung juga bukan orang lokal, karena banyak warga asing yang datang, seperti Korea.  Sekali datang langsung beberapa mobil. Meski ada kabar penutupan, namun tidak mengurangi  jumlah tamu yang datang. Kalau jumlah PSK sekitar 400 orang, hanya saja saat ini sudah banyak yang pulang, sehingga hanya tersisa sekitar 100 orang saja. Nanti setelah Lebaran biasanya ramai kembali. "Apalagi Dolly di Surabaya tutup, pastinya banyak yang lari ke sini jelas tukang parkir," ujarnya. Sebagai tukang parkir, dirinya kerap jadi sumber informasi tamu, terutama yang baru pertama kali datang.  Umumnya menanyakan lokas wisma yang bagus. 

Untuk patroli sendiri, biasanya ada dari Polsek Utara yang akan mengontrol, karena merupakan wilayah hukum mereka. Berbeda dengan patroli Polisi Militer,  hanya merazia anggotanya. Tapi selama ini tidak pernah ada anggota TNI yang datang. "Untuk razia sendiri tidak tentu, biasanya setahun sekali saja. Tapi selama saya menjadi tukang parkir beberapa tahun, selalu aman tidak pernah terjadi keributan," ungkapnya. (M IDRIS)



0 Komentar untuk "Menunggu Kawan dari Dolly"

Back To Top