Hidup di dunia malam memang tidak mudah. Terkadang, pandangan miring tentang dunia malam tertuju pada pekerjaan seorang Disc Jockey (DJ). Apalagi Female DJ, yang jumlahnya terhitung jarang di Samarinda.
Pilihan menjadi seorang Female DJ harus dipikirkan dengan baik. Selain harus memiliki kemampuan memainkan piringan hitam, tahan terhadap kerasnya dunia malam pun menjadi penyempurna. Agar tetap berjalan di jalan yang benar.
Bergelar Female DJ, Joana yang sekarang tergabung dalam Komunitas DJ se-Indonesia Ministry of Danoe (MOD), sudah pasti tahu warna hitam dan putihnya kehidupan malam. Sejak, berkecimpung di dunia per-DJ-an, Joana sudah berbekal kehidupan yang agamis dan tidak mau menikmati nikmat setan dunia malam.
“Papa dan mama itu keluarga yang agamis. Aku bahkan pernah bersekolah di sekolah Islam. Inilah seninya, ada peran agama yang menjadikanku selalu mengingat Tuhan. Aku akan berpegang teguh pada ajaranku dan tidak akan keluar dari norma-norma agamaku,” tegasnya.
Diakui Joana, pekerjaannya yang selalu bertemu dengan malam hari membuat harus siap membentengi diri. Dari pandangan-pandangan negatif. Terutama dari senggolan laki-laki yang doyan gadis malam. Tapi bukan Joana namanya kalau tidak jagoan. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya, karena Joana terkenal sangat jutek kalau digoda lelaki hidung belang.
“Kerja DJ boleh malam, tapi jaga diri kudu dilakoni saban menit. Nggak ada yang berani deket-deket soalnya aku sudah membentengi diri, dan aku memang jutek sih. Jadi kalau ada yang macam-macam, semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing. Tergantung kitanya bagaimana,” katanya seraya mengedipkan mata.
Dari situ Joana menyampaikan, sebenarnya menjadi DJ bukan hal mudah. Baginya sebagai pemula tentu akan terus memperhatikan kualitas penampilan. Terlebih persaingan di luar memang sangat ketat. “Apalagi karena ini bukan kota besar seperti Jakarta dan Bandung, jadi kalau mau terkenal ya harus benar-benar memperhatikan kualitas performance,” jelasnya.
Terutama untuk penampilan, DJ memang harus berkelas. Joana yang memang dari sononya sudah seksi, makin gencar memperbaiki penampilannya.
Kesehariannya yang doyan menggunakan hot pants, seperti pas dalam melatarbelakangi statusnya sebagai seorang DJ.
“Ya memang penampilan itu menunjang sekali, terutama perempuan. Aku ke mana-mana suka pakai yang seksi-seksi, jadi tinggal padu padan busana agar tidak kelihatan kampungan. Dan terutama warna kulit ya, harus kinclong putih bersinar, jadi nggak malu kalau pakai baju yang minim,” jelasnya. (YOVANDA, SAMARINDA)
Hidup di dunia malam memang tidak mudah. Terkadang, pandangan miring tentang dunia malam tertuju pada pekerjaan seorang Disc Jockey (DJ). Apalagi Female DJ, yang jumlahnya terhitung jarang di Samarinda.
Pilihan menjadi seorang Female DJ harus dipikirkan dengan baik. Selain harus memiliki kemampuan memainkan piringan hitam, tahan terhadap kerasnya dunia malam pun menjadi penyempurna. Agar tetap berjalan di jalan yang benar.
Bergelar Female DJ, Joana yang sekarang tergabung dalam Komunitas DJ se-Indonesia Ministry of Danoe (MOD), sudah pasti tahu warna hitam dan putihnya kehidupan malam. Sejak, berkecimpung di dunia per-DJ-an, Joana sudah berbekal kehidupan yang agamis dan tidak mau menikmati nikmat setan dunia malam.
“Papa dan mama itu keluarga yang agamis. Aku bahkan pernah bersekolah di sekolah Islam. Inilah seninya, ada peran agama yang menjadikanku selalu mengingat Tuhan. Aku akan berpegang teguh pada ajaranku dan tidak akan keluar dari norma-norma agamaku,” tegasnya.
Diakui Joana, pekerjaannya yang selalu bertemu dengan malam hari membuat harus siap membentengi diri. Dari pandangan-pandangan negatif. Terutama dari senggolan laki-laki yang doyan gadis malam. Tapi bukan Joana namanya kalau tidak jagoan. Tidak ada yang berani macam-macam dengannya, karena Joana terkenal sangat jutek kalau digoda lelaki hidung belang.
“Kerja DJ boleh malam, tapi jaga diri kudu dilakoni saban menit. Nggak ada yang berani deket-deket soalnya aku sudah membentengi diri, dan aku memang jutek sih. Jadi kalau ada yang macam-macam, semuanya balik lagi ke pribadi masing-masing. Tergantung kitanya bagaimana,” katanya seraya mengedipkan mata.
Dari situ Joana menyampaikan, sebenarnya menjadi DJ bukan hal mudah. Baginya sebagai pemula tentu akan terus memperhatikan kualitas penampilan. Terlebih persaingan di luar memang sangat ketat. “Apalagi karena ini bukan kota besar seperti Jakarta dan Bandung, jadi kalau mau terkenal ya harus benar-benar memperhatikan kualitas performance,” jelasnya.
Terutama untuk penampilan, DJ memang harus berkelas. Joana yang memang dari sononya sudah seksi, makin gencar memperbaiki penampilannya.
Kesehariannya yang doyan menggunakan hot pants, seperti pas dalam melatarbelakangi statusnya sebagai seorang DJ.
“Ya memang penampilan itu menunjang sekali, terutama perempuan. Aku ke mana-mana suka pakai yang seksi-seksi, jadi tinggal padu padan busana agar tidak kelihatan kampungan. Dan terutama warna kulit ya, harus kinclong putih bersinar, jadi nggak malu kalau pakai baju yang minim,” jelasnya. (YOVANDA, SAMARINDA)
Admin
June 01, 2014
Admin
Bandung Indonesia
Previous
Berhemat Setelah DefisitNext
Enjoy Pulang PagiRELATED POSTS
THM Tak Berlisensi Karaoke TAK HANYA hanya soal obral izin minuman keras (miras) dan tempat hiburan malam (THM), ternyata hampir semua THM di Samarinda maup…
Ke Mana Aliran Uang Tambang Anas di Kutim? Dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan terdakwa Anas Urbaningrum kepada Bupati Kutai Timur (Kutim) Isran Noor …
Ada Peran Asmuddin di Kasus Pembebasan Lahan KASUS pembebasan lahan untuk proyek tiga gedung di Pemkot Bontang masih terus bergulir. Tapi Asmudin Hamzah, Sekkot Bontang sam…
Andi Harahap: Polisi Sedang Berpolitik MANTAN Bupati Penajam Paser Utara (PPU) periode 2008-2013 H Andi Harahap tampak bersungut-sungut. Itu terlihat saat ia ditanya me…
Episode Panjang Drama Hukum Andi Harahap Tipikal sinetron yang mampu mengaduk-aduk emosi pemirsa sepertinya senafas dengan kasus izin ganda lahan pertambangan PT Penajam …
0 Komentar untuk "Jaga Hati Jaga Body"