Sosok Chairunisa
paling mencuat namanya dalam kasus dugaan korupsi pemberian dana hibah. Ya,
dana Rp 600 juta itu mengalir ke organisasi yang dipimpinnya. Ditemui Tim Gugat
belum lama ini, Chairunisa mengaku dirinya pun sudah ditetapkan sebagai saksi
oleh Kajari dalam kasus itu.
Menjabat sebagai Ketua
Himpunan Majelis Taklim Bontang (HMTB) sejak tahun 2000-an, persoalan dana hibah otomatis menjadi
masalah bagi dirinya. Perempuan kelahiran Samarinda 71 tahun silam itu mengaku
tak menyangka program pemberangkatan umrah anggota HMTB itu tersandung masalah
hukum. Padahal, kata dia sebenarnya
program umrah bukanlah bagian dari janji politik Wali Kota Bontang Adi Darma
kepada HMTB.
Itu murni usulan para
anggota di HMTB yang ingin menyelipkan program umrah ke berbagai program
lainnya pada kegiatan HMTB.
“Ada usulan dari
ibu-ibu anggota yang kepengen umrah
masuk dalam program. Nah, saya coba tampung usulan itu,” kata ibu 6 anak ini.
Setelah usulan
diterima, ia pun mengaku langsung memutar otak agar program ini bisa
terealisasi. Sebab, HMTB merupakan bagian dari Badan Koordinasi Dakwah Islam
Bontang (BKDIB) yang biasanya menjalankan kegiatan tanpa menggunakan dana APBD.
Murni dari patungan para anggota yang ada di HMTB. Sehingga, perkara
merealisasikan program umrah bukanlah hal yang mudah.
“Akhirnya saya dapat
saran dari almarhum Rasyid Ali (mantan Anggota DPRD Bontang) agar mengajukan
proposal ke Pemkot terkait rencana umrah ini. Jadi proposal HMTB itu di luar
proposal yang diajukan BKDIB. Meskipun sebenarnya kami satu atap,” paparnya.
Mengajukan proposal di
luar proposal ajuan dari BKDIB inilah yang kata dia menjadi awal semuanya. Meski satu atap dengan BKDIB, HMTB pun
akhirnya membuat proposal sendiri untuk kegiatan umrah itu.
“Kami pun langsung ke
notaris untuk melengkapi persyaratan proposal. Jadi seakan-akan HMTB itu ormas.
Padahal, HMTB bukan ormas. Tapi kembali saya jelaskan kalau HMTB bagian dari
BKDIB,” terangnya.
Harapan untuk
memberangkatkan anggotanya umrah secara gratis pun akhirnya tercapai. Di 2011,
sebanyak 15 anggota HMTB pun berangkat dengan dibiayai dana APBD. Nilainya
sekitar Rp 300 juta. “Di tahun 2011 itu
tidak ada masalah. Proposal kami langsung diterima oleh Pemkot,” jelasnya.
Karena baru 15 anggota
yang berangkat dan proposal dianggap berhasil, HMTB pun pada 2012 kembali
mengajukan proposal dengan program yang sama. Proposal HMTB pun kembali
diterima. Dana umrah pun langsung meluncur ke organisasi itu.
“Disinilah saya
herannya. Karena di tahun inilah dana umrah HMTB dipersoalkan. Padahal, setelah
kami berkonsultasi dengan Pemkot, BPK tidak mempersoalkan proposal kami.
Makanya kami ajukan lagi,” kata dia heran.
Ia pun membantah program
umrah ini merupakan bagian dari janji manis Wali Kota Bontang kepada HMTB pada
saat kampanye lalu. Ia menampik HMTB dijadikan perahu politik untuk kemenangan
Adi Darma saat itu. “Demi Allah saya tidak pernah menyuruh anggota di HMTB
untuk mendukung calon mana pun saat itu,” kilahnya.
Kendati demikian, ia
mengaku jika secara pribadi dia mendukung Adi Darma untuk jadi wali kota kala
itu. “Kalau secara pribadi iya. Saya mendatangi pak wali dan menyatakan saya
siap mendukung pak wali menjadi wali kota. Tetapi dalam dukungan saya itu, saya
tidak meminta apapun dari pak wali jika dia terpilih. Termasuk memberangkatkan
umroh ini,” jelasnya.
Disinggung soal
keterlibatan wali kota yang melakukan pengundian nama-nama anggota yang akan
berangkat umrah, ia mengaku itu bagian dari bentuk apresiasi para anggota HMTB
kepada wali kota. Dijelaskannya, secara teknis memang anggota yang berangkat
umrah akan diundi terlebih dahulu. Cara pengundiannya, dimulai dari tingkatan
masing-masing majelis taklim di kelurahan.
Sebagai contoh, jika di
1 kelurahan ada 30 majelis taklim, maka yang akan diundi di tingkat kelurahan
ada 60 orang. Di situ, hanya akan diambil 1 orang. Jadi, yang berangkat umrah
ada 15 orang. Diambil dari setiap kelurahan itu 1 orang. “Jadi cara pengundian
itu untuk menghindari kecemburuan jika cara tunjuk orang digunakan untuk
memilih siapa yang berangkat umrah,” jelasnya.
Saat ini memang HMTB
tidak lagi mendapatkan kucuran dana dari APBD untuk memberangkatkan anggotanya
umrah. Tetapi kata dia, program umrah masih tetap berjalan. “Saya bilang dengan
Pak Wali umrah harus tetap berjalan. Kasihan teman-teman lain yang belum
berangkat. Akhirnya memang masih berjalan. Tapi itu pakai dana pribadi pak
wali,” ungkapnya.
Chairunissa pun
mengaku pasrah dengan kasus ini. Dia pun yakin tidak bersalah di persoalan yang
tengah dihadapinya. “Secuil rupiah pun dana hibah itu tidak ada saya gunakan
untuk kepentingan pribadi. Murni untuk perjalanan umrah teman-teman,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota
Bontang Adi Darma juga membantah jika HMTB merupakan bagian dari perahu
politik. Menurut dia, keberangkatan umrah anggota HMTB merupakan bagian dari
program pemerintah. Hanya saja, dananya tidak melalui SKPD.
“Makanya, kami
berikan lewat HMTB. Karena, dari SKPD itu tidak boleh. Artinya biar HMTB yang
mengatur. Lagian dari BPK saat itu juga tidak mempersoalkan hal ini,”
pungkasnya. (Ali Akbar)
0 Komentar untuk "HMTB Perahu Politik Adi Darma?"