-->

Menggugat Ketidakadilan

Di-Booking Politisi Kaltim ke Jakarta

Sebut saja namanya Kinanti. Umurnya baru 22 tahun. Lazimnya perempuan Manado, dia berparas cantik bercampur kulit putih bersih sekujur tubuh. Rambut panjang disemir kecokelatan, kadang dibiarkan tergerai, sering pula dikuncir ekor kuda. Bibir sedikit tebal, hidung mancung. Tak cuma itu, dengan bodi sintal dibalut payudara jumbo yang padat berisi, melengkapi keseksiannya. Mungkin hanya laki-laki buta yang tak ngiler menatap bentuk fisik seperti itu. Empat bulan lalu Kinanti datang ke Balikpapan, setelah hampir setahun bermukim di Bali. Dia ditawari seorang mami menjadi ladies contest (LC) di sebuah karaoke dewasa berjaringan nasional di Jl. Jenderal Sudirman. Pekerjaan itu pun diterima tanpa ragu. Dia juga tak perlu bertanya pekerjaan macam apa itu, karena memang sudah sangat paham. Saat di Bali, dunia malam adalah bagian dari hidupnya. Pesta narkoba, mabuk-mabukan, seks, sudah tak asing lagi. Jadi kalau cuma menemani tamu nyanyi sambil minum alkohol, tentu bukan pekerjaan sulit. Akhirnya, Kinanti dikontrak 3 bulan. Begitulah, mulai malam pertama kerja, Kinanti tak pernah sepi dari tamu. Bahkan terkadang, dalam sehari ada beberapa tamu yang ingin mem-booking. Kalau sudah begitu, biasanya dia menyerahkan daftar antrean tadi ke mami, lalu mami yang mengatur dan menentukan siapa yang dipilih. "Saya kan 'anaknya' mami. Jadi harus ikut aturan mami," katanya. Kinanti tak mau munafik, pekerjaan yang dilakoni sekarang, semua demi uang. Seperti yang dijanjikan mami, dia bisa menerima gaji cukup besar dalam sebulan. Misalnya untuk jasa menemani tamu semalam, perusahaan mematok cost charge atau biasa disingkat CC sebesar Rp 650 ribu. Dari jumlah itu, LC kecipratan Rp 500 ribu. Nah, dalam sebulan, setiap LC ditarget minimal mendapat 24 CC. Kalau kurang dari target, jatahnya hanya Rp 400 ribu per CC. Artinya, dengan 23 CC saja, dalam benak Kinanti setidaknya bisa mengantongi Rp 13 juta. Dan koceknya makin tebal jika dapat CC lebih banyak. Sebuah nilai yang menggiurkan, setidaknya dibandingkan penghasilannya waktu bekerja di sebuah biro perjalanan di Bali. "Saya harus dapat uang banyak, soalnya ada anak di kampung," ucapnya. Ya, sejak bercerai 1 tahun lalu, Kinanti praktis menjadi single parent dengan 1 anak. Buah hatinya yang baru berusia 15 bulan kini diasuh sang nenek, dan tinggal di Tomohon, kota yang hanya berjarak 22 kilometer dari Manado. Tapi apa lacur, mimpi kadang tak semanis kenyataan. Hasrat mendapat penghasilan tinggi hanya sebatas hitungan di layar kalkulator. Begitu hinggap di rekening bank, angkanya meluntur setelah dipotong ini-itu. Mulai biaya salon, makan, mess, perlengkapan kosmetik. "Belum kalau ke dokter, harus bayar sendiri. Perusahaan nggak nanggung," ungkap perempuan yang memiliki tato besar di punggung itu. Untung saja tak sedikit tamu yang baik hati. Usai menemani minum sampai mabok, nyanyi, atau ajeb-ajeb, lembaran-lembaran rupiah dengan mudah diterima. Kadang Rp 500 ribu, tak jarang pula sampai Rp 1 juta. "Tapi namanya hidup di Balikpapan, uang segitu nggak terasa. Apa-apa serba mahal. Apalagi untuk ladies, harus mikirin penampilan. Jadi banyak yang dibeli," bebernya. Lantas bagaimana dengan anggapan seorang ladies bisa "dipakai"? Sebagai ladies, godaan booking out dari tamu bukan hal aneh. Dan dengan jujur dirinya mengakui mau menerima tawaran itu, tapi hanya dengan tamu-tamu tertentu dan dengan syarat-syarat khusus pula. Misalnya, umurnya tidak terlalu tua, tidak pernah berbuat kasar, berduit, dan penampilannya menarik. Dengan kata lain, selain bisa dapat uang lebih, dirinya juga merasa nyaman ketika ada di atas ranjang. Bahkan, dirinya juga pernah punya hubungan dekat--jika tak mau dibilang pacaran-- dengan tamu yang berpredikat sebagai anggota DPRD di Kaltim. Semua bermula dari seringnya si wakil rakyat tadi datang. Sebulan bisa 5 sampai 6 kali. Dan dengan anggota dewan itu, dirinya sudah 4 kali di BO, termasuk diajak ke Jakarta dan Bali. "Intinya saya suka, dia suka. Saya puas, dia juga puas. Dan yang penting, saya dapat uang," ujarnya, lantas tertawa lepas. Kini Kinanti tak jadi ladies lagi. Kontraknya 3 bulan sudah selesai dan tidak mau memperpanjang. Dia memilih pulang kampung, merawat anak dan kumpul bersama keluarga besarnya. "Anak saya sudah besar. Saya tidak mau dia tahu kalau ibunya kerja jadi ladies. Kasihan," ujarnya. INDRA NUSWA, BALIKPAPAN
0 Komentar untuk "Di-Booking Politisi Kaltim ke Jakarta"

Back To Top