-->

Menggugat Ketidakadilan

Patgulipat Beasiswa Kaltim Cemerlang

Pengelolaan beasiswa Kaltim Cemerlang tengah menjadi sorotan banyak pihak. Sistem pengelolaan yang tidak jelas, mulai dari tak jelasnya parameter seleksi penerimanya, dugaan pungutan liar (pungli), hingga saratnya dugaan nepotisme yang dilakukan tim pengelolanya, membuat program unggulan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak itu tidak lagi bisa dibanggakan. AKBAR Ciptanto tampak gusar. Mimik wajahnya memperlihatkan ketidakpercayaan kalau tahun ini total nilai beasiswa Kaltim Cemerlang yang diterimanya tak sebanyak tahun lalu. Ketika itu dia menerima Rp 85 juta. Tahun ini berkurang Rp 10 juta, menjadi Rp 75 juta. "Mana tahun kedua saya kuliah ini justru membutuhkan banyak biaya, eh malah dikurangi," katanya. Kegusaran Akbar menjadi wajar, karena dia kini sedang menempuh pendidikan strata tiga (S-3) atau program doktor di salah satu universitas ternama di Malaysia. Uang itu selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Negeri Jiran, juga untuk biaya kuliah yang menumpuk, dari penelitian, membuat diktat dan segalanya. Lain Akbar lain pula dengan cerita salah satu mahasiswa strata satu (S-1) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda. Namun sayangnya dia enggan dikorankan namanya, dengan alasan takut. "Saya masih mengajukan beasiswa lagi. Jadi nama saya jangan disebut ya, nanti tidak dapat," ujarnya. Mahasiswa ini datang dari Kabupaten Malinau. Bermodalkan asal daerah perbatasan dan pedalaman, dia sangat berharap mendapatkan beasiswa itu yang katanya lebih memprioritaskan masyarakat tidak mampu, perbatasan, dan pedalaman. Alih-alih mendapatkan beasiswa, baru sampai berkas administrasi yang diajukan, dalam daftar pengumuman penerima, ternyata ia tak masuk dalam daftar. "Saya kurangnya apa? Semua yang diminta administrasinya saya kasih," terangnya. Dua kisah memilukan itu, berbanding terbalik dengan yang dialami Cita Imas Annisa. Salah seorang penerima beasiswa ke Studienkolleg Hoochschule Anhalt German. Nilai yang diterimanya Rp 84 juta. Itu pun hanya untuk menempuh prasarjarna, yang jika di Indonesia sama dengan program diploma. Selidik punya selidik, ternyata Cita adalah anak kandung mantan Ketua Tim Pengelola Beasiswa Kaltim Cemerlang Bohari Yusuf. Tak kalah mencengangkan, salah seorang penerima pada program khusus internasional S-3 mendapatkan nilai beasiswa yang luar biasa, mencapai Rp 240 juta per tahun. Sudah dua kali dapat (2012 dan 2013), yang totalnya Rp 480 juta. Anehnya, penerima atas nama Akhmad Rivai tersebut berdasarkan SK Gubernur/2013 berasal dari Kabupaten Paser. Sementara pada 2012 tertulis ia berasal dari Samarinda. Rivai tertera mengambil program S-3 di Jepang, jurusan Ilmu Teknik Lingkungan, di Yamaguchi University. Dikabarkan juga, Rivai punya hubungan kerabat dengan mantan ketua tim pengelola beasiswa Cemerlang Kaltim, yang tak lain ketua Dewan Pendidikan Kaltim Bohari Yusuf. Lain halnya dengan Puji Astuti. Berlabelkan Ibu Dharma Wanita Pemkot Samarinda atau tepatnya isteri Wali Kota Samarinda Syahari Jaang, tak menyurutkan langkah Puji ikut mencicipi beasiswa itu untuk kuliah S-3 di Unmul. Dikonfirmasi, Puji membenarkan. Dia berdalih sebagai seorang dosen di Unmul, dan kuota beasiswa untuk mahasiswa program S-3 yang sedikit, ia pun mengajukan beasiswa tersebut. "Status saya kan dosen. Jadi tidak ada masalah toh dapat beasiswa," ujarnya berkilah. Ditelisik lebih jauh, ternyata sejumlah pejabat ataupun anak dari pejabat melenggang mulus mendapatkan kue beasiswa. Sebut saja mantan Wakil Gubernur (Wagub) Farid Wadjdy beserta kedua anaknya. Farid hingga saat ini belum bisa dikonfirmasi. Kemudian anak Sekretaris Provinsi (Sekprov) Kaltim yang kini menjabat Pj Gubernur Kaltara Irianto Lambrie, anak dari Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda Zulfakar, dan beberapa anak pejabat lainnya. Menurut sumber, mereka itu sengaja dititipkan kepada tim pengelola yang ketika itu masih diketuai Bohari Yusuf, yang juga menjabat Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Pendidikan. Namanya santer disebut-sebut, Bohari Yusuf mendadak "lenyap" dari peredaran. Terakhir Gugat hanya bisa berkomunikasi via pesan pendek. Ketua Dewan Pendidikan Kaltim itu mengirim pesan pendek tentang pengelakannya ketika ditanyakan soal beasiswa."Saya tidak lagi menjabat ketua tim pengelola, silahkan tanyakan ke pengelola yang baru," ujarnya. Soal polemik program unggulannya ini, Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak tampaknya tak mau ikut larut. Beberapa waktu lalu, Awang pernah ditanyakan soal saratnya praktik nepotisme oleh tim pengelola beasiswa. Ia enggan memberikan komenta. Dia justru hanya mengatakan, kalau semua warga negara berhak mendapatkan haknya dalam menerima beasiswa tersebut. "Kalau masalah lainnya saya no comment ya. Tapi bahwa semua warga negara berhak menerima beasiswa, itu tidak bisa kita menghalanginya kan. Makanya buat saya, itu tidak ada pelanggarannya, tidak ada kategori pelanggaran apapun," kata Awang. Kepala Dinas Pendidikan Nasional (Kadiknas) Kaltim Musyahrim menyatakan, siap diperiksa kapan pun terkait dugaan banyaknya permasalahan di pengelolaan Beasiswa Cemerlang Kaltim tersebut. "Saya sebagai penanggungjawab kan sudah mengirim surat ke Itwil (Inspektorat Wilayah, Red) agar dilakukan audit," katanya. Hal senada dikemukakan Sekretaris Tim Pengelola Beasiswa, Faturrahman. Faturahman mengaku selama ini ia hanya ibarat stempel. Maka sebagai aparatur negara, dirinya sangat siap diperiksa oleh lembaga penegak hukum manapun. Menurut Faturahman ia ibarat tukang setuju saja, tukang keluarkan uang. Urusan teknis pengelolaan, seleksinya seperti apa, siapa saja yang dapat, ia tidak tahu itu. Makanya kalau dipanggil aparat hukum, ia siap menjelaskan rinci. Nah! (*) MUHAMMAD KHAIDIR, SAMARINDA
0 Komentar untuk "Patgulipat Beasiswa Kaltim Cemerlang"

Back To Top