-->

Menggugat Ketidakadilan

Tambang vs Bisnis Keluarga




MENAKAR peta kekuatan finansial Syaharie Jaang maupun Nusyirwan Ismail ketika maju dalam Pemilihan Walikota (Pilwali) Samarinda 2015 cukup menarik. Bisa katakan keduanya memiliki potensi pundi-pundi untuk memuluskan langkah dalam Pilwali. Namun jika diranking Jaang masihlah unggul.

Jaang disebut-sebut memiliki tambang batu bara yang dikelola dan atas nama orang lain di Samarinda. Kini perusahaan "emas hitam" miliknya itu berkembang pesat dan menghasilkan banyak uang. Itu artinya tambang itu bisa menjadi mesin uang buat Jaang guna memuluskan dirinya sebagai pemenang Pilwali. Itu pun belum termasuk kolega pengusaha tambang lainnya yang solid mendukung Jaang.

Keunggulan lainnya lagi, Jaang adalah Wali Kota Samarinda. Tentu kebijakannya bersifat absolut. Menggunakan power (kekuatan) kekuasannya tersebut tentu akan sangat mudah untuk mengais beberapa sponsor. Sementara Nusyirwan, jika bicara power harus diakui akan “kalah bulu”. Meski ia berposisi sebagai Wakil Wali Kota. 

Namun keuangan Nusyirwan tak bisa dipandang remeh. Bisnis keluarganya berupa Rumah Sakit H Darjad di Samarinda, ratusan hektare tanah warisan dan lain sebagainya, tak akan bisa dipandang remeh. Karena akan bisa menjadi modal utama Nusyirwan dalam membiayai perhelatan suksesi.

Selain itu lagi, pengalaman Nusyirwan di birokrasi di lingkup Pemprov Kaltim, dan tetua di paguyuban Kerukunan Bubuhan Banjar Kaltim (KBBKT) cukup berpengaruh untuk mendongkrak suara. 

Belum lagi hasil survei lembagai survei independen yang menempatkan dirinya tertinggi dalam hal elektabilitas. Ini tentu termasuk modal dalam menggaet "investor atau sponsor" untuk membiayai dirinya.

Jika Jaang-Nusyirwan harus berhadapan keduanya memiliki potensi relatif seimbang untuk memenangkan Pilwali Samarinda. Namun tentu berbicara Pilwali bukan kedua petahana itu saja. Kita belum akan tahu akan bermunculan calon lain yang ternyata memiliki elektabilitas, popularitas dan finansial yang kuat dalam memenangkan Pilwali Samarinda 2015.


Golkar-PDIP Tunggu Awal Tahun
DUA partai politik (Parpol) pemenang Pemilu di Kota Samarinda, Partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sama-sama menyatakan menunggu awal 2015 untuk menentukan sikap mendukung ataupun mengusung kandidat calon. Kedua partai besar ini masih melihat dan menunggu peta perpolitikan yang berkembang.

Ketua DPD Golkar Samarinda Jafar Abdul Gaffar mengatakan, apapun informasi yang berkembang selama ini, Golkar dikatakannya dengan tegas, belum menentukan sikap apapun soal siapa yang akan diusung. Awal tahun 2015, Golkar baru akan membuka proses penjaringan.

"Bagaimana saya mau katakan Golkar sudah mengusung dan mendukung siapa, awal tahun nanti baru kita akan buka penjaringannya. Itu bersifat umum, jadi ya sama-sama saja kita tunggu hasil penjaringannya nanti. Yang jelas itu adalah proses dan prosedur di Golkar yang harus kita laksanakan," kata Jafar.
Hal senada dikemukakan Ketua DPC PDIP Samarinda Siswadi. Partai berlambang banteng itu hingga saat ini masih melihat dan menunggu perkembangan. PDIP baru akan menentukan sikapnya tahun depan. 

"Kalau dilihat dari aturan 20 persen dari jumlah kursi di DPRD Samarinda untuk mengajukan pasangan calon, maka PDIP kurang satu kursi. Sudah banyak sih partai yang mengajukan diri ingin bergabung dengan PDIP untuk Pilwali Samarinda. Tapi saya katakan, PDIP awal tahun baru akan bersikap. Jadi sabar saja dulu ya," ujarnya.

Apakah akan mengajukan kader sendiri? Baik Golkar maupun PDIP mengatakan, kader sendiri itu sudah menjadi hal mutlak untuk diajukan. "Apakah itu menjadi calon wali kota atau calon wakil wali kotanya kita lihat nanti. Yang jelas kader internal akan menjadi prioritas kami," tambah Siswadi. (Muhammad Khaidir)


0 Komentar untuk "Tambang vs Bisnis Keluarga "

Back To Top