Saat Joko Widodo (Jokowi) menghadap Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, selalu saja Megawati memanggil Jokowi dengan sapaan si kurus atau si kerempeng. Bagaimana peluang si kurus untuk menjadi RI-1?
Ekspresi Jokowi terlihat datar-datar saja. Namun ia tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Jawabannya singkat saja. “Masak, siapa presiden kurus?” kata Jokowi bertanya. “Obama, pak,” timpal Bambang Janu Isnoto, Direktur Utama Tabloid Gugat. Geer memecah pertemuan Jokowi bersama manajemen dan karyawan Kaltim Post Group, di Gedung Biru Jumat (23/5) malam.
Raut wajah Jokowi berubah mesam-mesem saat Bambang mengatakan bahwa tanda-tanda Jokowi bakal menjadi presiden sudah terlihat. “Tren pemimpin di dunia sekarang ini mengarah ke orang kurus. Jadi, tanda-tandanya sudah kelihatan,” kelakar Bambang.
Rupanya panggilan semacam itu telah menjadi kebiasaan Megawati. Jika si kurus lekat dengan Jokowi, maka panggilan si Gendut selalu diarahkan kepada Emir Moeis, politisi PDI Perjuangan.
Beberapa pertanyaan mengemuka pada pertemuan singkat tadi malam. Bicara soal Kaltim. Soal pengelolaan Blok Mahakam misalnya, prinsip dasar yang dipegang Jokowi adalah, kekayaan alam harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat sebagaimana amanat konstitusi. Namun begitu, perjanjian kontrak Blok Mahakam yang telah disepakati harus tetap dihormati.
“Jika kontraknya sudah selesai dan jika dikelola sendiri menguntungkan, ya dikelola sendiri. Tapi kalau tidak menguntungkan jangan dipaksakan. Pakai hitung-hitungan saja,” katanya.
Merespons ketidakadilan dana perimbangan yang diterima Kaltim, capres yang berpasangan dengan Jusuf Kalla itu memahami benar jika saat ini ketimpangan masih terlihat di mana-mana. “Dari ujung barat sampai timur terlihat timpang,” ujarnya.
Jokowi berpandangan Indonesia sebagai negara maririm perlu penguatan maritim. Problem distribusi logistik akan menjadi fokus pemerintahannya untuk dibenahi. “Ada yang keliru di negara ini, cost distribusi logistik terlalu besar,” ujarnya.
Karena itu, selain menggagas penyediaan transportasi logistik laut berkapasitas besar, Jokowi juga menggagas pembangunan tol laut yang menghubungkan Sumatera-Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua.
Jokowi kembali menegaskan bahwa koalisi yang mendukung dirinya sebagai capres dilakukan tanpa syarat. Apabila terpilih, kabinet pemerintahannya adalah kabinet kerja, bukan kabinet bagi-bagi. (jid)
Saat Joko Widodo (Jokowi) menghadap Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, selalu saja Megawati memanggil Jokowi dengan sapaan si kurus atau si kerempeng. Bagaimana peluang si kurus untuk menjadi RI-1?
Ekspresi Jokowi terlihat datar-datar saja. Namun ia tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya. Jawabannya singkat saja. “Masak, siapa presiden kurus?” kata Jokowi bertanya. “Obama, pak,” timpal Bambang Janu Isnoto, Direktur Utama Tabloid Gugat. Geer memecah pertemuan Jokowi bersama manajemen dan karyawan Kaltim Post Group, di Gedung Biru Jumat (23/5) malam.
Raut wajah Jokowi berubah mesam-mesem saat Bambang mengatakan bahwa tanda-tanda Jokowi bakal menjadi presiden sudah terlihat. “Tren pemimpin di dunia sekarang ini mengarah ke orang kurus. Jadi, tanda-tandanya sudah kelihatan,” kelakar Bambang.
Rupanya panggilan semacam itu telah menjadi kebiasaan Megawati. Jika si kurus lekat dengan Jokowi, maka panggilan si Gendut selalu diarahkan kepada Emir Moeis, politisi PDI Perjuangan.
Beberapa pertanyaan mengemuka pada pertemuan singkat tadi malam. Bicara soal Kaltim. Soal pengelolaan Blok Mahakam misalnya, prinsip dasar yang dipegang Jokowi adalah, kekayaan alam harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat sebagaimana amanat konstitusi. Namun begitu, perjanjian kontrak Blok Mahakam yang telah disepakati harus tetap dihormati.
“Jika kontraknya sudah selesai dan jika dikelola sendiri menguntungkan, ya dikelola sendiri. Tapi kalau tidak menguntungkan jangan dipaksakan. Pakai hitung-hitungan saja,” katanya.
Merespons ketidakadilan dana perimbangan yang diterima Kaltim, capres yang berpasangan dengan Jusuf Kalla itu memahami benar jika saat ini ketimpangan masih terlihat di mana-mana. “Dari ujung barat sampai timur terlihat timpang,” ujarnya.
Jokowi berpandangan Indonesia sebagai negara maririm perlu penguatan maritim. Problem distribusi logistik akan menjadi fokus pemerintahannya untuk dibenahi. “Ada yang keliru di negara ini, cost distribusi logistik terlalu besar,” ujarnya.
Karena itu, selain menggagas penyediaan transportasi logistik laut berkapasitas besar, Jokowi juga menggagas pembangunan tol laut yang menghubungkan Sumatera-Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua.
Jokowi kembali menegaskan bahwa koalisi yang mendukung dirinya sebagai capres dilakukan tanpa syarat. Apabila terpilih, kabinet pemerintahannya adalah kabinet kerja, bukan kabinet bagi-bagi. (jid)
Admin
June 01, 2014
Admin
Bandung Indonesia
RELATED POSTS
Bansos Umrah Seret Pejabat Lain? Kasus umrah bermasalah yang melibatkan Himpunan Majelis Taklim Bontang (HMTB) pada 2011-2012, pelan tapi pasti memasuki babak…
Ke Mana Aliran Uang Tambang Anas di Kutim? Dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan terdakwa Anas Urbaningrum kepada Bupati Kutai Timur (Kutim) Isran Noor …
Ada Peran Asmuddin di Kasus Pembebasan Lahan KASUS pembebasan lahan untuk proyek tiga gedung di Pemkot Bontang masih terus bergulir. Tapi Asmudin Hamzah, Sekkot Bontang sam…
Episode Panjang Drama Hukum Andi Harahap Tipikal sinetron yang mampu mengaduk-aduk emosi pemirsa sepertinya senafas dengan kasus izin ganda lahan pertambangan PT Penajam …
Andi Harahap: Polisi Sedang Berpolitik MANTAN Bupati Penajam Paser Utara (PPU) periode 2008-2013 H Andi Harahap tampak bersungut-sungut. Itu terlihat saat ia ditanya me…
0 Komentar untuk "Sinyal Presiden Kurus"