-->

Menggugat Ketidakadilan

Ketika Pemilukada di Depan Mata



Oleh: Ubayya Bengawan


DUA bulan lebih sudah Undang Undang No 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pemilukada) disahkan oleh para wakil rakyat yang berada di Senayan. Praktis, pasca disahkan UU itu, maka tahun ini bisa disebut sebagai tahun politik. Sebab, salahsatu amanat dari UU itu memerintahkan pelaksanaan Pemilukada akan dilakukan serentak pada Desember tahun ini. Kota Bontang termasuk salahsatu dari 273 daerah di Indonesia yang dijadwalkan masuk tahap pertama Pemilukada serentak. 

Ada yang menarik dari UU Pemilukada yang baru. Misalnya soal peran Partai Politik pada Pemilukada nanti. Bisa dipastikan, Parpol dalam Pemilukada nanti akan menjadi sangat penting bagi para calon kandidat. Tak sekadar menjadi perahu, para kandidat yang akan bertarung memang wajib diusung oleh satu Parpol atau gabungan Parpol sebanyak 20 persen kursi di DPRD setempat atau 25 persen perolehan suara sah hasil pemilihan umum 2014 lalu. 

Selain melalui Parpol, sebenarnya para kandidat juga bisa lewat jalur lain. Yakni, lewat jalur independen. Tetapi itu dengan syarat. Ya, syarat yang harus dipenuhi calon kandidat adalah bisa memenuhi syarat 6,5 persen dukungan dari jumlah penduduk yang ada di daerahnya. 

Jelas jika melihat fenomena ini, sebagai elemen penting dalam pelaksanaan Pemilukada, Parpol lah yang tetap memiliki nilai tawar yang sangat tinggi. Termasuk di Bontang. Jika melihat peta kursi di DPRD Bontang, Partai Golkar boleh disebut partai yang cukup seksi. Bukan tanpa alasan, Partai berlambang Pohon Beringin ini dapat mengusung sendiri calon walikota dan wakil walikota tanpa harus berkoalisi.

Pasalnya, Partai yang identik dengan warna Kuning itu memiliki lima kursi di DPRD. Jumlah kursi yang memang diperbolehkan mengusung calon sendiri. Sebab, Golkar sudah mengantongi 20 persen dari 25 kursi di DPRD Bontang. Meski begitu, seksinya Golkar tidak membuat manisnya partai-partai lain luntur begitu saja. Misalnya saja seperti yang terjadi beberapa bulan ini. Label “laris manis” hal itu nampak jelas dari setiap kali Parpol membuka pendaftaran. 

Para kandidat langsung berbondong-bondong mendaftar. Nama, Adi Darma, Andi Harun, Darsono, dan Nasution misalnya. Keempat kandidat kuat calon wali kota Bontang ini berusaha saling merebut simpati Parpol. Itu terbukti, mereka mendaftar di seluruh Parpol yang membuka pendaftaran. Baik itu di PDIP, Demokrat, Nasdem, Golkar dan PAN. Selain keempat kandidat calon walikota Bontang periode 2016-2021, Ketua Gerindra Kalimantan Timur Ipong Muchlissoni, juga melirik Bontang. 

Hal itu ditandai dengan pengambilan formulir di PAN oleh tim mantan calon wakil gubernur Kaltim periode 2013-2018. Langkah para bakal calon walikota juga diikuti bakal calon wakil walikota yakni Ubayya Bengawan yang mendaftar di Demokrat dan Nasdem, serta Isro Umarghani dan Ma’ruf Effendi yang melamar di Demokrat dan Partai Amanat Nasional. Lalu Muhammad Helmi, Kadir Tappa, Basri Rase yang melamar di Golkar. Kemudian Ridwan melamar di Gerindra dan Etha Rimba P yang digadang-gadang Gerindra dan mendaftar di Golkar. 

Kepastian siapa kandidat yang bakal keluar sebagai pemenang dalam meraih simpati Parpol untuk jadi kendaraan politik menuju Bontang 1, sebutan untuk walikota dan Bontang 2, sebutan untuk wakil walikota, masih menarik untuk ditunggu. 

Sejumlah tim pemenangan dari masing-masing kandidat terus bermanuver agar mampu menaklukan petinggi dari sembilan Parpol yang memiliki kursi di DPRD Bontang. Bahkan juga Parpol yang tidak mendapatkan kursi pun jadi rebutan kandidat. 

Kendati laris manis, Parpol diharapkan tidak salah pilih. Sehingga, benar-benar mengusung calon pemimpin lokal yang kuat dan aspiratif. Pasalnya hampir 200 ribu jiwa rakyat Bontang mendambakan pemilukada kali ini memilih pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat. (*Penulis adalah Wartawan Kaltim Post (2008), Ketua Komisi II DPRD Bontang)

0 Komentar untuk "Ketika Pemilukada di Depan Mata"

Back To Top